Kamis, 02 April 2015

Ayam Saus Kecap, Semur Ayam, Apapun Lah

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Selamat makan!
Mengapa bukan selamat pagi, siang, malam? Karena pada kesempatan yang berbahagia dan kenyang ini, saya akan share pada dunia dan seisinya tentang masakan. Atau jika dipenggal menurut suku katanya menjadi:

MA....SA....KAN....
*ekspresi muka Detektip Conan saat berhasil mengungkap kasus pelaku pembegalan*
*entah sejak kapan ada begal di Conan*




Perkenankan saya untuk mendongengkan bagaimana ayam saus kecap tersebut tercipta. Atau semur ayam. Atau ayam pedas manis. Atau apalah. Baiklah saya putuskan menamainya ini saja:

Ayam Yang Dulunya Pernah Hidup Dan Berkeluarga Namun Sekarang Sudah Wafat Dan Menjadi Ayam Saus Kecap Pedas Manis

*hosh hosh hosh*

Komposisi bahan:
- 3 ons daging ayam dicincang (sekedar cerita, saat mencincangnya saya menggunakan pisau kecil. tidak ada pisau daging di kosan. terbayang kan, muka saya saat itu mencincang sejahat dan sengotot apa?)
- 4 helai kacang panjang
- 1 mahluk bernama tomat merah segar atau sesuai selera
- 3 siung bawang merah, mutilasi
- 2 siung bawang putih, mutilasi
- 2 ekor lombok merah, dimutilasi secara diagonal biar cantik
- 15 ekor cabai rawit hijau (tergantung selera), dimutilasi juga secara diagonal
- 2 sosok daun salam
- 1 sdm margarin
- gula, garam, penyedap masakan secukupnya
- kecap secukupnya.
- 500 ml air mengalir sampai jauh
Cara memasak mereka:
1. Panaskan margarin di atas wajan. Pastikan api kompor sudah menyala. Kalau belum menyala, sampai kiamat juga tidak akan leleh.
2. Masukkan bawang merah, bawang putih, cabai merah dan hijau yang telah dimutilasi. Tumis sampai tetangga bilang "harum banget baunya, masak apa nih".
3. Jika tetangga sudah bilang harum, masukkan daun salam. Tumis dengan cinta. Jika sudah agak layu mereka, tambahkan air.
4. Jika air sudah mendidih, masukkan potongan-potongan kecil ayam yang telah termutilasi itu ke wajan.
5. Tambahkan gula, garam, penyedap secukupnya. Saya masing-masing ambil satu jumputan jempol dan telunjuk. Gula beri agak lebih banyak.

6. Beri kecap secukupnya. Sampai kuahnya kecokelatan lah. Jangan terlalu pelit ataupun terlalu lebay.
7. Aduk... Aduk... Aduk... masakannya dengan penuh cinta. Sambil dangdutan juga tidak mengapa.
8. Masukkan kacang panjang irisan dan tomat irisan kemudian tutup wajan dan kecilkan api kompor agar bumbu meresap sempurna ke daging ayam.
9. Jika kuah sudah tinggal sedikit (diminum demit mungkin) dan ayam masih kurang empuk, tambahkan lagi air sedikit dan tutup lagi masakannya supaya lebih meresap airnya ke daging ayam.
10. Cicipi dulu. Kalau sudah enak, difoto dulu tidak apa-apa barangkali mau pamer di instagram.
11. Sajikan selagi enak (soalnya kalau sudah seminggu pasti tidak enak)

Senangnya bisa berbagi dongeng tentang memasak. Selamat dipraktikkan! Nantikan lagi kelas memasak dari saya.

Senin, 23 Maret 2015

Jenazah Mutilasi Berbumbu

Enaknya hari ini. Bisa menikmati jenazah mutilasi berbumbu.

Hari ini adalah kepulangan Refina dari Kalimantan. Refina, bukan teman bukan musuh. Bukan orang penting. Ijazah sekolahnya sih bertulis Ferina Kumala Dewi.
Dia adalah orang yang murka saat menyadari bahwa ini adalah hari Tes Komprehensif saya, sedangkan saya tidak kabar-kabar. Berbagai sumpah serapah dan kata-kata bijak dilontarkannya pada saya.
Masuk telinga kanan keluar telinga kiri belum sempat masuk telinga sudah mental.


Dan tara, apa yang ia bawakan pada saya langsung dari Kalimantan adalah seperangkat alat makan berisi nasi kuning dan...

IKAN PATIN PEDAS  MANIS

Sesosok jenazah ikan patin termutilasi yang terbujur kaku dengan baluran-baluran bumbu pedas manisnya... Terwadahi oleh kotak bekal.

Ikan patin adalah ikan yang sangat saya penasarankan. Berkat tayangan-tayangan trans7 yang sering memperlihatkan petualang-petualang dan presenter-presenter yang mendatangi daerah-daerah terpencil kemudian menangkap ikan patin dan menyantapnya bersama penduduk lokal... Ditambah bentukannya yang mirip ikan lele kesukaan saya.... Saya selalu penasaran! Ikan patin!

Terwujudlah impian saya untuk akhirnya bisa menghabisi ikan patin...
Maknyus....

Minggu, 22 Maret 2015

Sejarah Amerika

Saya bukan hendak berkisah tentang sejarah Amerika (mungkin lain kali). Bukan juga karena sedang tertarik dengan Amerika (meski iya). Tak lebih karena besok adalah hari dimana saya akan bertualang bersama Dosen Penguji Komprehensif di Meja Misterius berkostum Hitam dan Putih.

Beberapa hari ini saya menjejali diri dengan artikel-artikel dan buku tentang sejarah Amerika.
Sehingga saat merem, munculah dalam pikiran saya potret laki-laki gagah berhidung maju dan berambut gulung-gulung perak dengan busana dan topi khas era kolonial dan background kapal-kapal di pelabuhan.



Sejarah Amerika, ya itu adalah materi yang nantinya akan diujikan oleh dosen. Saya harus mempelajari sejarah sejak awal kedatangan Christoper Columbus di Amerika hingga Presiden kelima Amerika Serikat.

Itu lumayan wow awalnya.

Setelah saya mempelajari, rasanya jadi seperti dongeng. Asyik juga.
Jadi begini sejarahnya.....

....

Ah sudahlah, panjang.

Kamis, 12 Maret 2015

Memperjuangkan yang 15% selagi belum 0%

Se...Selamat malam di...diary ku yang ra...rahasia ini....
*edisi tertatih-tatih*

Hari ini benar-benar total dalam menjalani petualangan. Letih. Demi mendapatkan acc dari dosbing sekaligus melengkapi persyaratan untuk bisa mendaftarkan Ujian Komprehensif pada hari ini, saya kesana kesini kemara kemiri dalam keadaan dimana saya sedang bersin-bersinnya hingga terdengar seperti alien saat melafalkan M dan N dan NG dan NY. Ditambah ini adalah hari pertama dapet saya. Kira-kira beginilah gambaran saya hari ini


Hai. Hidung saya saat ini sedang penuh dengan kristal padat. Lagi musim sepertinya.

Sungguh, saya sangat kebut untuk bisa wi...wisuda April ini. Kemungkinan berhasilnya pun saya rasa hanya 15%. Tapi selagi belum 0% why not. Sampai meriang pun akan saya jabanin.

Pulang mengurus ini dan itu dari kampus - badan rasanya meriang dan aura saya saat itu mmungkin seperti kakek-kakek kedinginan ditinggal nenek. Hingga akhirnya saya berbelok ke apotek dan merampok sebuah kemasan enervon-c (mungkin tulisannya begini). Tapi karena tidak ingin dituduh merampok, saya membayar di kasir.

Sungguh, membeli dan mengonsumsi obat seperti ini adalah pertama kalinya dalam sejarah peradaban hidup saya. Biasanya saat merasa meriang begini obat saya hanya teh hangat, tidur dan internet. Namun karena saya memang merasa harus menjaga kondisi untuk saat-saat ini, biarlah saya ngobat. Beberapa hari ke depan banyak yang harus saya lakukan untuk mengejar target wisuda April yang kemungkinannya 15% ini. Sangat tipis karena rentang tanggal pendaftaran sangat mepet seperti angkot yang doyan mepet-mepet.

Anjurannya sih diminum dengan air putih. Tapi saat obat tersebut masuk ke mulut ternyata rasanya manis. Emut saja dengan mengucap bismillah sampai habis. Air putihnya nyusul. Kamfungan biarin.

*************************

Ritual sebelum tidur - membereskan kasur. Kali ini bonusnya menyapu kamar (pamer pencitraan) saya mendapat jackpot di bawah lemari pakaian.

Jackpot tersebut adalah sesosok jenazah anak...

Anak cicak. Orang Jawa pasti tahu SAWIYAH. Anak cicak. Sangat jackpot kaerena body nya sudah menghitam.

*tadinya hendak saya berikan gambar ilustrasi jackpot tersebut disini namun karena sangat disturbing takut dicekal FBI dan CIA*

Ini sangat horror, jadi saya rasa sekian dulu. Saya terlalu takut untuk melanjutkan cerita.


Selasa, 10 Maret 2015

Selamat Tinggal Febrianto

Woy Diary...

Malam ini saat sedang mengajar private anak didik, pikiran saya tidak bisa lepas dari sesosok si bolong itu.
Sundel bolong? Hey bukan.
Ini clue nya: dia bulat. Bolong di tengah. Ada taburan mesis melingkarinya. Empuk. Ada di kulkas kos saya.

Benar. Benda itu adalah ban angkot terlepas yang tidak sengaja ketempelan mesis dan ada seseorang yang iseng meletakannya di kulkas kosan saya.

Tidak. Bukan itu.

Dia adalah sosok yang biasa disapa Donat. Nama panjangnya Donatun Ceriatun Enakudin Febrianto. Saya sih menyebutnya Febrianto. Supaya tidak mainstream.

Pulang mendidik anak bangsa malam ini, nafsu saya tidak tertahankan lagi untuk bisa menghabisi Febrianto malam ini juga. Febrianto saya dapatkan tadi siang di sebuah warung kecil yang tidak terlalu mencurigakan di dekat kosan saya. Febrianto dan kawan-kawannya nampak menggairahkan hingga akhirnya saya jumput dan bawa pulang sebuah Febrianto. Sudah dibayar kok.

Kembali ke plot saat saya pulang mengajar anak didik tadi.

Sekembalinya di kosan, segera saya dengan penuh gairah membuka kulkas untuk menemui Febrianto.
Dan ternyata... FEBRIANTO LENYAP

Kemudian saya baru menyadari.

Saya sudah melahap Febrianto sebelumnya tadi sore.

Sebelum berangkat mengajar les private.


Kehilangan, perasaan saya malam ini. Saat sesuatu yang diimpi-impikan sekian lamanya kemudian kandas ketika kebenaran terungkap.

Febrianto, selamat tinggal. Saya bahkan belum say bye dengannya. Ia termakan begitu cepat.

Maaf jika malam ini postingan saya mengisahkan kesedihan yang begitu mendalam. Dari sini saya mengambil hikmah bahwa.

Beli donat jangan cuma satu.

Benar juga. Semoga besok bisa bertemu dengan Febrianto-Febrianto yang lain.